Di musim pandemi seperti saat ini, banyak sekali lapisan masyarakat yang ingin memulai bisnis baru yang dianggapa kan sangat potensial. Namun kurangnya pengalaman, terkadang orang-orang kesusahan untuk menentukan harga jual yang pas.
Agak sulit memang untuk memberikan harga buat kamu para pemilik usaha yang baru memulai bisnis. Jika kamu memberikan harga yang terlalu tinggi, otomatis tidak akan banyak pelanggan mau membeli. Namun, ada dua hal yang bisa membuat produk kamu laku walaupun harga mahal, yakni kualitas dan juga popularitas.
Tapi, masalahnya disini adalah kamu seorang pengusaha baru yang bukanlah orang terkenal. Dan juga, kamu belum bisa memberikan bukti jika produk yang dijual memiliki kualitas yang tidak kalah dengan produk lainnya. Lantas, cara apa yang harus digunakan oleh kamu untuk menentukan sebuah harga jual produk? Yuk simak artikel berikut.
- Cost Plus Pricing Method
Cost Plus Pricing Method berarti harga jual per produk dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh biaya modal terlebih dahulu. Setelah itu baru ditambahkan lagi untuk memperoleh keuntungan.
Modal yang perlu diperhitungkan bukan hanya harga beli bahan baku. Anda juga perlu menambahkan biaya operasional seperti listrik dan juga tenaga.
Cost plus pricing method jika di sederhanakan dalam sebuah rumus akan menjadi seperti ini:
Jadi, apabila kamu membutuhkan modal Rp.1.500.000 untuk menjual 5 baju dengan rincihan kebutuhan : kain, jasa jahit, biaya operasional, dan packaging kemudian menginginkan keuntungan 20%, maka seharusnya kamu menjual baju tersebut dengan harga Rp. 1.800.000.
2. Mark-Up Pricing Methods
Metode ini digunakan untuk mendapatkan harga jual produk dengan cara menambahkan beberapa persen harga dari pembelian bahan baku. Dengan kata lain, kamu harus bisa mengkalkulasi terlebih dahulu berapa modal yang dibutuhkan sebelum mendapatkan markup pricing-nya. Persentase tersebut yang nantinya akan menjadi keuntungan yang bisa kamu raih dari sebuah produk.
Ya, metode ini memang mirip dengan Cost Plus Pricing Method hanya saja lebih sederhana. Rumusnya adalah :
Sebaga contoh, mengambil case sama yakni menjual baju dengan modal 1.500.000 dan kamu ingin mendapat keuntungan 400.000 dari modal tersebut. Maka harga jual yang seharusnya kamu tetapkan adalah Rp. 1.900.000.
Harga diatas merupakan harga untuk 5 pcs baju. Untuk harga satuan, dapat dihitung dengan membagi total harga dengan 5 pcs baju.
3. Margin Pricing
Margin pricing adalah rumus untuk menentukan seberapa besar persentase profit tiap produk. Dengan menghitung margin pricing, kamu dapat mengukur:
Apakah laba yang kamu ambil terlalu besar atau tidak?
Apakah harga jual yang kamu patok terlalu mahal atau tidak?
Perbandingan dengan kompetitor.
Sebelum menghitung margin pricing, kamu biasanya sudah mengetahui berapa harga jual yang diinginkan. Jadi, kamu dapat membandingkan harga jual dengan kompetitor.
Tujuannya, agar harga yang kamu tawarkan ke konsumen dapat bersaing dan tidak merugi. Rumusnya sebagai berikut :
Contoh nya nih, kamu berencana akan menjual baju dengan harga Rp.55.000, sedangkan modal yang kamu butuhkan untuk baju tersebut sebesar Rp. 30.000, sehingga perhitungannya adalah :
Jadi, kamu akan mendapatkan keuntungan 45% dari setiap botol yang Anda jual. Nah, persentase tersebut masih berada dalam batas wajar. Karena biasanya, batas wajar profit yang ideal adalah 50% dari harga modal.
4. Value Based Pricing
Value Based Pricing adalah cara menentukan harga jual untuk produk berdasarkan nilai yang didapat konsumen. Jadi, nilai produk sepadan dengan harga yang dibayarkan konsumen.
Biasanya, metode ini digunakan untuk produk yang memiliki:
Kualitas tinggi;
Populer atau banyak dicari;
Langka atau limited edition.
Cara menentukan harga jualnya adalah dengan melakukan survey atau riset pasar terkait, seberapa besar peminat produk tersebut? Dan seberapa mahal orang berani membayar produk tersebut?
Contoh penggunaan Value Based Pricing seperti, sneakers edisi tertentu, tas branded yang sudah discontinue atau tidak diproduksi ulang, dll.
5. Keystone Pricing
Dalam metode Keystone Pricing, sebuah produk dijual dengan harga dua kali lipat dari total modal yang dibutuhkan untuk produksi.
Terdengar tidak masuk akal, bukan?
Meskipun sepertinya mustahil, metode ini sudah dipraktikkan oleh perusahaan retail sejak lama. Bahkan tidak sedikit brand terkenal yang menggunakan metode keystone pricing ini.
Tak heran mengapa harga jualnya menjadi begitu mahal.
Contoh penerapan keystone pricing adalah sebuah jaket dibuat dengan menggunakan modal Rp 150.000 kemudian dijual dengan harga Rp 300.000.
Namun metode ini tak bisa sembarangan dipakai. Kualitas produk pun harus sesuai dengan harga jual.
Semakin tinggi harga jual, kualitas produk seharusnya akan semakin bagus. Jika hal ini tidak diterapkan, produk tidak akan laku di pasaran.
6. Manufacturer Suggested Retail Price (MSRP)
Manufacturer Suggested Retail Price merupakan harga produk yang biasanya sudah disarankan oleh sang pemilik kepada pelanggannya. Di Indonesia, kamu bisa mengenalnya dengan tulisan “harga eceran yang disetarakan”.
Biasanya, MSRP hanya digunakan untuk perusahaan manufakturing, salah satunya adalah otomotif atau kendaraan bermotor. Namun, apakah MSRP dapat berubah walaupun harganya sudah ditentukan?
Dalam beberapa kasus, ada beberapa retailer yang dengan sengaja menaikkan harga produk walaupun terpasang label MSRP. Sebenarnya, tidak ada aturan yang melarang harga diubah.
Terlebih, permintaan pasar yang sedang meninggi namun produknya terbatas alias sudah hampir habis. Ada juga beberapa retailer yang menjual produk lebih murah dari MSRP karena stok yang terlampau banyak.